Sabtu, Juni 28, 2008

Rajah Negeri Istighfar


Kumpulan sajak tunggal ke-2 Mathori ini berisi 15 sajak (104 halaman) yang semua sajak ditulis pada tahun 2000. Diterbitkan oleh Yayasan Aksara Indonesia (Yogyakarta) pada Sepetember 2000. Berbeda dengan kumpulan sajaknya, Yang Maha Syahwat (YMS), yang kebanyakan amat liar, Rajah Negeri Istighfar (RNI) memperlihatkan kecenderungan Mathori untuk mengeksplorasi pengalaman religius secara lebih "tradisionil" dan kalem. Simbol-simbol tradisi kepesantrenan atau kesantrian lebih menonjol dibanding sajak-sajaknya dalam YMS. Sajak-sajak yang termuat dalam antologi ini meliputi: 1. Kepada Hadhratus-Syaikh Hasyim Asy'ari, 2. Menjadi Mayat, 3. Sudah Remuk, Sudah Membusuk, 4. Zakiyyatul A'immah, 5. Lirboyo Serambi Masjid, 6. Di Jampes Teringat Jamsaren, 7. Kini Sudah Tiada, 8. Cinta Monyet, 9. Negeri Istighfar, 10. Surat Malang Melintang, 11. Melawan Arus Samiri, 12. Hizib Gus Dur, 13. Akhirnya Kita Berjumpa, 14. Akan Ada Cinta, 15. Orang Al-Fatihah. Disertai Catatan Tentang Penyair yang ditulis Joni Ariadinata, buku ini termasuk langka karena sudah sulit mendapatkannya di pasaran. Maklum, penerbitnya sudah KO. Beruntung suatu hari mathorisliterature.blogspot.com mendapatkannya di Tobucil, Bandung.

Rabu, Juni 25, 2008

Kupinang Engkau dengan Sajak


kupinang engkau, kekasih
dengan sajak
suka dan duka kita satukan
petaka dan keberuntungan
ialah malam dan siang
marilah kita sama-sama dekap
erat-erat
di setiap laut pasti ada ombak
karena angin adalah kekasihnya
dan setiap cinta ada nyerinya
karena cemburu adalah darah apinya
rindu kita sudah sama-sama mendidih lama sekali
dan setiap pagi
di musim dingin nanti
kita akan mandi bersama
air hangat kehidupan
agar kita sama-sama tahu
makna sesungguhnya kebersamaan
kita telah lama berangkat dewasa
hingga ingin menjadi kanak-kanak semula
pada hari libur suamimu akan bersiul di depan rumah
minum kopi kelegaan
ada saat di mana pekerjaan dan tetekbengek soal masyarakat
kita anggap sebagai bola sepak atau sarana olahraga
atau makanan tambahan dari kehidupan
engkau memasak makanan favorit kita
dan aku membersihkan mobil dan beranda
melupakan kemiskinan
hari-hari akan kita lalui dengan mulus
dan setiap malam jumat kita harus beribadah
agar menghasilkan anak yang berkualitas
kehidupan harus kita seduh bersama
agar seperti kopi atau teh nasgitel
sedap rasanya
kematian dan duka cita
kapan-kapan pasti datang
seperti godaan dan kesulitan-kesulitan
besar atau kecil
sudah pasti ada
dan itulah realitas. Ah!
tapi kita harus tersenyum terus
menyambut apa atau
siapapun yang datang ke rumah kita
jangan tanya mau apa
kita akan berikan apa yang terbaik bagi tamu tuhan itu
apa yang ia mau
mungkin kita bisa membantu
melaksanakan kebajikan
yang susah direalisirnya
ketika sore tiba
kita sediakan waktu yang khusus untuk
memikirkan hal-hal yang terdalam
dari kehidupan yang serba materialistik ini
dan jika malam tiba
kita bisa beribadah lagi
sebagai suami-istri
kita perlu nafkah batin
dan saat yang tepat
setelah shalat ‘isya’
untuk saling menyelimuti
kita bersyukur diciptakan sebagai manusia yang sempurna
dan lengkap
punya hati, onderdil unik yang hebat
dan berfungsi
meskipun nampak aneh ketika kita sama-sama bercermin
orang lain tetap tak boleh
tahu detil apa yang kita lakukan
dengan benda-benda aneh dan rahasia kita
anugerah yang mahakuasa
dulu ketika kecil
kita mungkin pernah berkhayal menjadi pengantin
dan nanti kita tidak sedang berkhayal lagi
sudah tidak musim
kita sudah sama-sama dewasa
bukan kanak-kanak mula
meskipun jika kita berdua
malam-malam begini
kita sudah lupa
bahwa kita benar-benar jadi anak-anak kembali
manja sekali
kupinang engkau suatu saat
secepatnya
setiap makhluk ada pasangannya
(kalau tidak, bukan makhluk namanya)
aku sudah besar
engkau pun demikian
tunggu apa
kita sama-sama mapan
jika ada masalah
semua dapat ditata
kesulitan pasti ada
karena itu tantangan
lelaki sejati pantang menyerah
perempuan sejati juga pantang menyerah
apapun bisa saja terjadi
dan kita dianugerahi otak dan hati
tuhan menyediakan doa, sedekah dan sillaturrahmi
sebagai fasilitas spiritual
untuk mengubah takdir dan nasib buruk
garis hidup yang misterius
tapi benar-benar nyata
ada kalanya kita juga bisa pening
menghadapi peliknya hal dan soal
ada kalanya kita mudah melupakannya
itulah isi dunia
kita punya banyak kehendak
tuhan yang menentukan
(salah sendiri banyak keinginan
mestinya satu, dua, atau tiga saja)
selebihnya wallahua‘lam, tawakkal
kita serahkan
baik atau buruk
sudah digariskan
tapi tetap saja kupinang engkau segera
setiap pagi ada embun
hinggap di apa saja
tapi tidak setiap siang ada matahari
tak setiap malam ada bintang atau rembulan
tapi terimalah lamaranku, kekasih
agar matahari tetap bersinar
bintang-bintang menghiasi langit
dan purnama kehidupan
mewarnai malam-malam kita
pepohonan tumbuh atau berguguran
alam bernyanyi
seperti burung-burung yang berkicau di pagi buta
kehidupan jadi fajar
cinta kita hangat dan berangsur membara
agar istirah kita
di senja nanti enak dan surga
kita sepakat untuk tidak mudah marah
dan cemburu buta
apalagi keluar sumpah serapah
kita punya mulut yang bagus
untuk saling berciuman
bukan saling mengumpat
kita punya tangan yang lentur dan sempurna
untuk saling meraba
bukan saling menampar
kita punya badan dan jiwa yang sehat
untuk bergesekan dan bersetubuh
bukan saling berjauhan
dan terimalah bisikan cintaku
dan pasrah jiwaraga
di haribaanmu yang lembut dan suci

kupinang engkau dengan sajak
dan cinta
setiap duka ada akhirnya
setiap luka ada obatnya
setiap lakon ada endingnya
tapi inilah awal kita memulai
membuat lakon bersama
mengarungi takdir yang lebih baru
melintasi samudra cinta kasih
menuju kebahagian lahir dan batin
sesuai pancasila
dan undang-undang dasar ’45...

Mathori A Elwa

Selasa, Juni 24, 2008

Catatan untuk Kebencian


kebencian, telah kucoba melupakanmu
setiap berpapasan denganmu
kupalingkan wajahku ke langit dan cakrawala cinta
dasar setan belut
tubuhmu selalu saja tak kukenali: luput
tak kusadari tahu-tahu engkau telah menjelma cinta palsu
yang kupuja dan kubela-bela sampai sekarat
kaujebak aku dalam lingkaran kebusukan
apakah jika begitu aku kudu memusnahkanmu?

Mathori A Elwa, 20, 2, 2004

Wesiate Santri Luwung

  • Aja pisan-pisan turu yen durung bisa turu, mundak Ngimpi.
  • Aja pisan-pisan nyopir yen durung bisa nyopir, mundak Tabrakan.
  • Aja sugih turu banda males, nanging sugiya wirid/amal banda Disiplin.
  • Aja gela kang wus kelakon aja mamang kang bakal teko kareben ora dadi anak Bingung putu Susah.
  • Yen ing ngarsa Gusti nganggoa tatakrama Peqir-Miskin-Bodho-Asor, iku srana kanggo sira kareben ora dadi anak Balak putu Coba.
  • Yen ing ngarso kawula anganggoa tata-krama Budi-Luhur-Sabar-Narima, iku srana kanggo sira kareben dadi anak Slamet putu Beja.
  • Kanti Temen kuncine Ketemu, kanti Mlaku kuncine Tumeka,
    kanti Melek kuncine Weruh, kanti Betah kuncine Butuh.
  • Kabeh iku mau lakanana kanti Lila-Legawa ngreksa Bawana.
    Saking kula: Santri Luwung, Bodho Lelo-Lelo

Minggu, Juni 22, 2008

Aku Pernah Sianggah di Kotamu

Buku terbaru Mathori ini memang amat tipis, 66 halaman. Tapi agak berbeda dengan kumpulan sajak Mathori sebelumnya--Yang Maha Syahwat (LKiS, 1999) dan Rajah Negeri Istighfar (Yayasan Indonesia, 2001), Aku Pernah Singgah di Kotamu menampilkan sajak-sajak yang beragam. Diterbitkan oleh Penerbit Kiblat Buku Utama, Bandung. Ingin memiliki koleksinya? Hubungi Kiblat Buku Utama Jl. Citamiang No. 33 Bandung 40121 Telefax: 022-7104620

Jumat, Juni 20, 2008

Yang Maha Syahwat

Buku Yang Maha Syahwat, buku pertama Mathori, berisi segebok puisinya yang ditulis antara tahun 1986 hingga 1999. Diterbitkan oleh LKiS (Yogyakarta) pada tahun 1999. Pada salah satu kesempatan waktu membuka acara Festival Sastra Internasional Tahun 2001 di kampus Universitas Muhammadiyah Solo, WS Rendra pernah berkomentar terhadap sajak-sajak dalam buku itu. Dia bilang, kalau "sajak-sajak Mathori terkadang liar... Unik dalam mengungkapkan hubungan dengan Tuhan." Judul Yang Maha Syahwat terkesan ada unsur pornografi di sana, tapi jangan terkecoh, judul itu mencerminkan kecenderungan masyarakat kita akan nafsu tak terkendali dari kebanyakan manusia di bumi ini.